Kajian Elemen Pembentuk Ruang Pada Rumah Adat dan Kebudayaan “Bumi Ageung Cikidang” Di Cianjur

Main Article Content

Titieandy Lie

Abstract

Bumi Ageung Cikidang merupakan salah satu peninggalan dari Bupati Cianjur ke-10, yaitu Raden Adipati Aria Prawiradireja II. Rumah ini telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2010. Kini, rumah ini telah diwariskan kepada generasi ke-5 dari Raden Adipati Aria Prawiradireja II dan beralihfungsi menjadi rumah museum di Cianjur. Walaupun pernah direnovasi rumah ini masih mempertahankan bentuk aslinya, nilai-nilai kebudayaan serta sejarah perjuangan orang Cianjur tercermin pada bentuk dan arsitektur rumah tradisional ini. Namun potensi elemen-elemen arsitektur yang tersimpan pada rumah ini masih belum ditelusuri lebih jauh, padahal bangunan ini memiliki nilai-nilai sejarah dan kebudayaan yang dapat menjadi referensi pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Permasalahan yang terjadi pada Bumi Ageung Cikidang ini, salah satunya adalah bergantinya fungsi dari rumah itu sendiri. Awalnya rumah ini memiliki fungsi rumah tinggal dan sekarang dijadikan sebagai museum, yang seiring dengan berjalannya waktu akan memungkinkan terjadinya perubahan tatanan ruang dalam rumah itu sendiri yang akan mengurangi nilai kebudayaan dan sejarah yang ada di dalam rumah ini. Permasalahan lainnya yang sangat memungkinkan untuk terjadi adalah pergantian material pada rumah ini karena secara struktur rumah ini masih memiliki struktur asli dan telah mengalami satu kali renovasi pada beberapa bagian seperti penutup atap, selubung bangunan, serta beberapa ornamen khas yang ada pada rumah ini. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah meliputi: (1) menguraikan kesejarahan bangunan cagar budaya rumah Bumi Ageung Cikidang. (2) mengidentifikasi elemen-elemen arsitektur pembentuk ruang bangunan cagar budaya rumah Bumi Ageung Cikidang. (3) melakukan rekonstruksi digital terhadap bangunan cagar budaya rumah Bumi Ageung Cikidang sebagai upaya pelestarian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan nilai sejarah dan budaya bangunan serta kawasan, menginspirasi masyarakat untuk mengekspresikan upaya pelestarian melalui elemen arsitektural yang diterapkan pada bangunan atau kawasan sekitar mereka

Article Details

Section
Articles

References

Saputra, M. S, & Satwikasari, A. F. (2019). Kajian Arsitektur Tradisional Sunda Pada Desain Resort. Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 3(4), 65-74.

Hikari, T. C., Antariksa, & Ridjaldi, A. M. (2017). SAMBUNGAN DAN MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN TRADISIONAL UMA JOMPA DI DESA MARIA, KABUPATEN BIMA. Jurnal Arsitektur Universitas Brawijaya, 5(2), 1-9.

Idham, N. C. (2018). Javanese vernacular architecture and environmental synchronization based on the regional diversity of Joglo and Limasan. Frontiers of Architectural Research, 7, 317-333. https://doi.org/10.1016/j.foar.2018.06.006

Lie, T., Ridzqo, I. F., & Medtry. (2021). Identifikasi Tipologi Arsitektur Vernakular pada Rumah Raden Aria. Jurnal IPTEK, 5(1), 34-40.

Nuryanto, & Widaningsih, L. (2006). Kajian Pola Kampung dan Rumah Tinggal pada Arsitektur Tradisional Masyarakat Adat Kasepuhan Cipta Rasa di Kab. Sukabumi-Jawa Barat. Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Kota Bandung 40154-Jawa Barat, 1-10.

Rashid, M., & Ara, D. (2015). Modernity intradition: Reflections on building design and technology in the Asian vernacular. Frontiers of Architectural Research, 4, 46-55. http://dx.doi.org/10.1016/j.foar.2014.11.001

Sudarwanto, B., & Murtomo, B. (2013). Studi Struktur dan Konstruksi Bangunan Tradisional Rumah ‘Pencu’ di Kudus. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 2(1), 35-42.

Wardana, Y., & Dwisusanto, B. (2019). Physical Character of Kampung Setu Babakan, South Jakarta, as Betawi Cultural Heritage Region. RISA, 3(4), 311-327.

Wibowo, D., & Khamdevi, M. (2017). Karakteristik Arsitektur di Desa Mekarwangi, Cisauk - Banten. NALARs, 16(2), 155-160.

https://doi.org/10.24853/nalars.16.2.155-16